"Adakah
yang meraih keuntungan di balik FPI? Jelas ada, yang untung ya Polri
dan Pemerintah, nama mereka bersih, rakyat di adu domba, nama islam
tercemar. Isu2 strategis terkendali"
"Front Polisi Indonesia yang menyamar sebagai Ormas Islam.
Agenda FPI adalah agenda polisi. Berdasarkan laporan CIA malah BIN juga
ikut membantu".
FRONT PEMBELA ISLAM atau FPI adalah ormas yg paling fenomenal dan
kontroversial di Indonesia. Dicaci-maki oleh rakyat tapi dibutuhkan
penguasa. FPI itu bukan ormas agama. Bukan ormas Islam. FPI itu ormas
biasa yang dibentuk oleh pemerintah kita sendiri dan TNI/Polri pasca reformasi. Cikal bakal FPI adalah Pam
Swakarsa yg dirikan Panglima ABRI (Pangab) Jend Wiranto berserta pucuk
pimpinan Polri. Tujuannya : mencegah konflik vertikal.
Konflik vertikal itu adalah konflik antara massa dengan Pemerintah.
Aparat keamanan : Polri dan TNI. Konflik vertikal ini dianggap
merugikan. Konflik vertikal merugikan dan merusak citra polisi dan TNI
karena cenderung menimbulkan citra bhw Polri dan TNI itu musuh rakyat.
Ini berbahaya. Sebab itu Wiranto cs membuat Pam Swakarsa. Massa demo
mahasiswa/aktivis dihadapi oleh massa sipil juga. Pamswakarsa ini
komandani aktivis mahasiswa. Tapi Pamswakarsa punya kelemahan mendasar.
Mudah ditebak sebagai antek Pemerintah dan dibayar. Maka harus
ditransformasi ke ormas yg lebih tepat. Maka lahirlah Front Pembela
Islam. Semula mau dinamakan Front Pembela Indonesia. Kata “Islam”
dipakai karena lebih “startegis” Biaya awal pendirian FPI adalah Rp 250 juta utk sewa markas dan
rekrut anggota. Biaya bulanan tidak tentu,antara 50-100 juta. Sumber
dana dari TNI dan Polri. Tujuan utama pendirian FPI : garda terdepan
pasukan Polisi, pembuat isu, maintain (maintenance) isu, kelola
konflik, pengumpul informasi dsb. Peran FPI ini persis konsep BanPol
(pembantu polisi) dan Babinsa (bintara pembina desa). Dengan kata
lain,FPI menjadi “pasukan marinirnya” Polisi. FPI bergerak berdasarkan
sistem komando. Atas dasar instruksi dari petinggi Polri dan TNI.
Agendanya jelas dan terarah.
Diawal berdirinya FPI sempat ada “kesalahapahaman” antara anggota FPI
dengan aparat polisi yang belum tahu bhw FPI itu “adik kandung” polisi.
Ada cerita lucu, pimpinan FPI ditangkap polisi, bawa mobil ga ada
SIM& STNK. Kemudian datang pasukan ke polres, seisi Polres ditampar.
Atau cerita lucu yang terbaru : Munarman ditilang Polisi..Polisi yg
menilang yang ditampar abis2an oleh Munarman. Munarmannya gak
diapa-apain. Jadi FPI itu adalah Front Polisi Indonesia yang menyamar
sebagai Ormas Islam. Agenda FPI adalah agenda polisi. Berdasarkan
laporan CIA malah BIN juga ikut membantu
Publik pernah membaca laporan CIA, bhw BIN (Badan Intelejen Negara)
membantu milyaran Rupiah setiap tahun ke FPI. FPI itu asset pemerintah
untuk “berhadapan” dengan rakyat. Untuk menipu publik, pimpinan FPI
dipasang sosok “ulama & tokoh agama”, kata “Islam” dipakai sbg
perisai FPI dari serangan/ktritik publik. Tidak ada satu kata atau satu
kalimatpun dlm tujuan pendirian FPI utk : Dakwah, syiar Islam, Amar
Maruf dst…sama sekali tidak ada!! FPI hanya alat. Pemerintah tahu
persis risikonya jika aparat polisi/TNI yg menyerang atau menangkap
aktivitas2 elemen rakyat yg dinilai “membahayakan”. Pemerintah khawatir
dengan citra Polri/TNI dan pemerintah di mata internasional. Terkait
isu HAM, demokrasi dsb. FPI yg “dimajukan” kedepan. Sesekali FPI memang
Offiside atau Abused of Power. Serang2 warung maksiat atau judi2 “tak
berizin”. Sengaja dibiarkan supaya ada legitimasi. Anggota2 FPI yang
Offside itu kadang ditangkap dan ditahan jika banyak sorotan publik,
tapi langsung dilepas lagi jika sorotan publik sudah reda Pemerintah dan FPI butuh “legitimasi” agar FPI benar2 dipercaya publik
sebagai ormas agama. Bukan sebagai ormas bentukan Polri/TNI. Padahal
FPI ditujukan untuk agenda dan tujuan politik praktis pemerintah. Itu
sebabnya setiap aksi “pesanan”, Polisi selalu hadir dibelakang FPI.
Aggota/kader-kader rendahan FPI sama sekali tidak tahu bahwa FPI itu
bentukan, ditunggangi dan jalankan agenda Polisi/Pemerintah. Sentimen
mereka dimainkan. Sekarang ini biaya operasional FPI itu rutin dari
pemerintah dan dari setoran bandar-bandar narkoba/prostitusi yg sudah
“dicuci” dan juga dari hasil pemerasan. Sesekali FPI dibolehkan
jalankan “aksi sendiri” utk maintain eksistensi FPI. Tapi aksi utama
FPI tetap sbg kepanjangan tangan Polri
Siapakah yang rugi? Jawabnya : Umat islam. Kata “Islam” yg melekat pada
FPI memperburuk citra Islam di dalam negeri dan luar negeri. pemerintah
aman. Bersih. Tuntutan pembubaran FPI kepada Pemerintah, sampai kiamat
tidak akan dipenuhi Pemerintah. Karena FPI itu memang bagian dari
startegi Pemerintah. FPI tetap dibutuhkan Pemerintah dalam “penyelesaian
kasus-kasus tertentu” yang sensitif, abu2, rawan dan potensial
timbulkan konflik horizontal. Satu-satunya cara adalah : ajukan gugatan
class action ke MA utk merubah nama FPI dengan cabut kata Islam di FPI
atau batalkan SK pendiriannya. Sudah lama nama Islam dirusak,
dicemarkan, dimanfaatkan dan ditunggangi oleh FPI/Pemerintah. Sudah
saatnya hal itu diluruskan. Umat Islam rugi besar gara-gara itu.
Adakah yang meraih keuntungan di balik FPI? Jelas ada, yang untung ya
Polri dan Pemerintah, nama mereka bersih, rakyat di adu domba, nama
islam tercemar. Isu2 strategis terkendali.
Juni 14, 2012 by sarwonoediPenulis; Harry Kawilarang