Home » , , , » Agitasi dan Propaganda

Agitasi dan Propaganda

Awalnya ini hanya sebuah lelucon yang berpotensi menjadi senjata atau boomerang seorang aktivis, namun kamu sendirilah yang menentukan potensi lelucon ini mau jadi apa pada akhirnya.
Pengalaman mahasiswa saya sewaktu kuliah di UNIMA banyak berkutat pada pergaulan organisasi dan kepemimpinan, yang notabene banyak memberikan pengalaman dan pengetahuan kepada saya tentang komunikasi efektif. Diantaranya adalah cara melakukan agitasi dan propaganda.
I.      ISTILAH AGITASI DAN PROPAGANDA

A.      AGITASI
1.    Menurut kamus Oxford, mengagitasi adalah “membangkitkan perhatian (to excite) atau mendorong (stir it up)”, sedangkan propaganda adalah sebuah “rencana sistematis atau gerakan bersama untuk penyebarluasan suatu keyakinan atau doktrin.
2.    Dalam kamus besar bahasa indonesia, agitasi diartikan sebagai :
a.       hasutan kepada orang banyak yang biasanya dilakukan oleh politikus
b.       pidato berapi-api untuk mempengaruhi massa
c.       pengadukan
3.    Dalam kamus Webster World Dictionary, Agitate dan Agitation memiliki arti :
Agitate,
a.       To stir or shake up move violently
b.       To excite or disturb the feeling of…
c.         to stir up interest and support trough speaches and writing to cause change
Agitation,
a.       The act of stiring or shaking violently
b.       A disturbing or  exciting of the feeling
c.        Talk or writing meant to stir up people and produce change
4.       Dalam makna denotatifnya, agitasi berarti hasutan kepada orang banyak untuk mengadakan huru-hara, pemberontakan dan lain sebagainya.

B.    PROPAGANDA
Propaganda, secara istilah diartikan sebagai : Penerangan yang benar atau salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu keyakinan, sikap atau arah tindakan tertentu. Propaganda juga berarti penyebaran ide, informasi, tujuan dan kampanye yang tengah dilakukan dengan tujuan agar orang lain dapat menerimanya.
Propaganda sendiri berarti penerangan ( paham, pendapat, dsb) yang benar atau salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang lain agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu. Kegiatan propaganda ini banyak dipakai oleh berbagai macam organisasi baik itu orgnisasi massa, parpol, hingga perusahaan yang berorientasi profit sekalipun baik kepada kawan, lawan maupun pihak netral. Propaganda juga merupakan inti dari kegiatan perang urat syaraf (nerve warfare) baik itu berupa perang ideologi, politik, ide, kata-kata, kecerdasan, dll.
Definisi ini bukan merupakan titik pijak yang buruk. Agitasi memfokuskan diri pada sebuah isu aktual, berupaya ‘mendorong’ suatu tindakan terhadap isu tersebut. Propaganda berurusan dengan penjelasan gagasan-gagasan secara terinci dan lebih sistematis.
Seorang marxis perintis di Rusia, Plekhanov, menunjukkan sebuah konsekuensi yang penting dari pembedaan ini. “Seorang propagandis menyajikan banyak gagasan ke satu atau sedikit orang; seorang agitator menyajikan hanya satu atau sedikit gagasan, tetapi menyajikannya ke sejumlah besar orang (a mass of people)”. Seperti semua generalisasi yang seperti itu, pernyataan di atas jangan dipahami secara sangat harfiah. Propaganda, dalam keadaan yang menguntungkan, bisa meraih ribuan atau puluhan ribu orang. Dan ‘sejumlah besar orang’ yang dicapai oleh agitasi jumlahnya sangat tidak tetap. Sekalipun demikian, inti dari pernyataan Plekhanov itu memiliki landasan yang kuat (sound).


II.             BANYAK GAGASAN KE SEDIKIT ORANG
Lenin, dalam What is to be done, mengembangkan gagasan ini:
"Seorang propagandis yang, katakanlah, berurusan dengan persoalan pengangguran, mesti menjelaskan watak kapitalistis dari krisis, sebab dari tak terhindarkannya krisis dalam masyarakat modern, kebutuhan untuk mentransformasikan masyarakat ini menjadi sebuah masyarakat sosialis, dsb. Secara singkat, ia mesti menyajikan “banyak gagasan”, betul-betul sangat banyak, sehingga gagasan itu akan dipahami sebagai suatu  keseluruhan yang integral oleh (secara komparatif) sedikit orang. Meskipun demikian, seorang agitator, yang berbicara mengenai persoalan yang sama, akan mengambil sebagai sebuah ilustrasi, kematian anggota keluarga seorang buruh karena kelaparan, peningkatan pemelaratan (impoverishment) dsb., dan penggunaan fakta ini, yang diketahui oleh semua orang, akan mengarahkan upayanya menjadi penyajian sebuah gagasan tunggal ke “massa”. Sebagai akibatnya, seorang propagandis bekerja terutama dengan mamakai bahasa cetak; seorang agitator dengan memakai bahasa lisan."
Mengenai pokok pikiran yang terakhir, Lenin keliru, karena ia terlalu berat-sebelah. Seperti yang ia sendiri nyatakan, sebelum dan sesudah ia menulis pernyataan di atas, sebuah surat kabar revolusioner bisa dan mesti menjadi agitator yang paling efektif. Tetapi ini merupakan masalah sekunder. Hal yang penting adalah bahwa agitasi, apakah secara lisan atau tertulis, tidak berupaya menjelaskan segala sesuatu. Jadi kita menyatakan, dan mesti menyatakan, bahwa para individu buruh tambang yang menggunakan pengadilan kapitalis untuk melawan NUM adalah buruh pengkhianat, bajingan (villains), dipandang dari segi perjuangan sekarang ini; betul-betul terpisah dari argumen umum tentang watak negara kapitalis. Tentu kita akan mengajukan argumen, tetapi kita berupaya ‘membangkitkan perhatian’, ‘mendorong’, ‘membangkitkan rasa tidak senang dan kemarahan’ terhadap pengadilan di sebanyak mungkin buruh. Ini mencakup mereka (mayoritas besar) yang belum menerima gagasan bahwa negara, negara apapun dan pengadilannya, pasti merupakan sebuah instrumen dari kekuasaan kelas.
Atau ambil sebuah contoh lain. Lenin berbicara tentang “ketidakadilan yang amat parah” (crying injustice). Namun, sebagai seorang pengikut Marx yang mendalam, ia betul-betul mengetahui bahwa tidak ada ‘keadilan’ atau ‘ketidakadilan’ yang terlepas dari kepentingan kelas. Di sini, ia menunjuk dan berseru pada kontradiksi antara konsep ‘keadilan’ (‘justice’ or ‘fairness’) yang dipromosikan oleh para ideolog masyarakat kapitalis dengan realitas yang terekspos dalam perjalanan perjuangan kelas. Dan hal itu mutlak benar dari sudut pandang agitasi.
Seorang propagandis, tentu saja, mesti menyelidiki secara lebih mendalam, mesti meneliti konsep keadilan, perkembangan dan transformasinya melalui berbagai masyarakat berkelas yang berbed a, isi kelasnya yang tak terhindarkan. Tetapi hal itu bukan merupakan tujuan utama dari agitasi. Para ‘marxis’ yang tidak memahami pembedaan ini menjadi korban dari ideologi borjuis, menjadi korban dari generalisasi yang lepas dari konteks waktu (timeless generalisations), yang mencerminkan masyarakat berkelas yang diidealisasikan. Yang paling penting, mereka tidak memahami secara konkrit bagaimana sebenarnya sikap kelas buruh berubah. Mereka tidak memahami peran pengalaman, sebagai contoh, pengalaman tentang peran polisi dalam pemogokan para buruh tambang. Mereka tidak memahami perbedaan antara agitasi dan propaganda.
Kedua hal itu penting, sangat diperlukan, tetapi keduanya tidak selalu bisa dikerjakan. Agitasi memerlukan kekuatan yang lebih besar. Tentu saja seorang individu terkadang bisa mengagitasi sebuah keluhan tertentu secara efektif, katakanlah, keluhan mengenai kurangnya sabun atau tissue toilet yang layak di sebuah tempat kerja tertentu, tetapi sebuah agitasi yang luas dengan sebuah fokus yang umum tidaklah mungkin tanpa sejumlah besar orang yang ditugaskan dengan pantas untuk melaksanakannya, tanpa sebuah partai.
Jadi apa pentingnya pembedaan tersebut sekarang ini? Untuk sebagian besar, para sosialis di Inggris tidak berbicara ke ribuan atau puluhan ribu orang. Kita sedang berbicara ke sejumlah kecil orang, biasanya berupaya meyakinkan mereka (to win them) melalui politik sosialis yang umum, dan bukan melalui agitasi massa. Jadi apa yang kita usulkan (arguing) pada dasarnya adalah propaganda. Tetapi di sinilah kebingungan muncul. Karena terdapat lebih dari satu jenis propaganda. Ada sebuah pembedaan antara propaganda abstrak dan jenis propaganda yang diharapkan dapat mengarah ke suatu aktivitas, yaitu propaganda yang konkrit atau realistic.
Propaganda abstrak memunculkan gagasan yang secara formal benar, tetapi tidak terkait dengan perjuangan atau dengan tingkat kesadaran yang ada di antara mereka yang menjadi sasaran dari penyebaran gagasan itu. Sebagai contoh, menyatakan bahwa di bawah sosialisme sistem upah akan dihapuskan adalah mutlak benar, menempatkan usulan yang seperti itu kepada para buruh sekarang ini bukanlah agitasi, melainkan propaganda dalam bentuk yang paling abstrak. Begitu pula, usulan terus-menerus  (constant demand) untuk sebuah pemogokan umum, terlepas dari apakah prospek untuk melakukannya bersifat riil dalam situasi yang sekarang, mengarah tidak ke agitasi, melainkan ke penarikan diri (abstaining) dari perjuangan yang riil di sini dan sekarang.
propaganda realistis berpijak dari asumsi bahwa kelompok-kelompok sosialis yang kecil tidak dapat secara meyakinkan mempengaruhi kelompok-kelompok buruh yang besar sekarang ini di hampir setiap keadaan. Tetapi hal itu juga mengasumsikan bahwa terdapat argumen tentang isu-isu spesifik, yang dapat dicoba untuk dibangun oleh para sosialis. Jadi seorang propagandis realistis di sebuah pabrik tidak akan mengusulkan penghapusan sistem upah. Ia (laki-laki atau perempuan) akan mengusulkan serangkaian tuntutan yang diharapkan dapat mengarahkan perjuangan ke kemenangan, dan sudah tentu melebihi kemenangan kecil (tokens) yang diberikan oleh bikorasi serikat buruh. Jadi mereka akan mengusulkan, misalnya, peningkatan ongkos rata-rata setiap produk (a flat rate increase), pemogokan mati-matian dengan tuntutan penuh (the full claim, all out...strike) dan bukan pemogokan yang selektif, dsb.

III.            MENYEIMBANGKAN AGITASI DENGAN PROPAGANDA SECARA BENAR (GETTING THE BALANCE RIGHT)
Semua ini bukanlah agitasi dalam arti yang dibicarakan oleh Lenin, hal itu adalah satu atau dua orang sosialis yang memunculkan serangkaian gagasan tentang bagaimana untuk menang. Tetapi hal itu juga bukan propaganda abstrak karena hal itu terkait dengan sebuah perjuangan yang riil dan karenanya bisa terkait dengan minoritas buruh yang cukup besar di suatu wilayah. Ini berarti bahwa propaganda realistis dapat membangun hubungan (strike a chord) dengan sekelompok orang yang jauh lebih besar daripada mereka yang sepenuhnya terbuka untuk gagasan-gagasan sosialis. Bahwa sekarang ini hanya sekelompok orang yang sangat kecil yang akan terbuka untuk semua gagasan-gagasan sosialisme. Kelompok yang lebih besar tidak akan seperti itu, tetapi masih bisa menerima banyak propaganda dari kaum sosialis untuk tidak mempercayai para pejabat, untuk mengorganisir di lapisan bawah (the rank and file) dan sebagainya.
Pentingnya pembedaan ini ada dua (twofold). Para sosialis yang mempercayai bahwa mereka harus melakukan propaganda di kelompok-kelompok diskusi mereka yang kecil, dan mengagitasi di tempat kerja mereka, sangat mungkin menaksir terlalu tinggi (overestimate) pengaruh mereka di sejumlah besar buruh dan dengan demikian kehilangan kesempatan untuk membangun basis di sekitar sejumlah kecil pendukung. Mereka yang percaya bahwa mereka hanya harus melakukan propaganda abstrak dalam diskusi-diskusi mereka dengan para sosialis yang lain dan di tempat kerja mereka bisa mengambil sikap menarik diri ketika perjuangan yang riil benar-benar meletus.
Dengan melakukan propaganda realistis pada sebuah periode di mana agitasi massa secara umum tidak mungkin, kaum sosialis akan jauh lebih mungkin untuk dapat menghindari kedua jebakan tersebut.

IV.           SARANA AGITASI DAN PROPAGANDA

Sebenarnya agitasi dan propaganda telah dikenal manusia sejak manusia bias berkomunikasi antar sesamanya. Seperti juga kita yang seringkali berusaha untuk meyakinkan orang lain untuk menerima dan mengusahakan apa yang kita inginkan, maka propaganda adalah kegiatan yang bertujuan agar apa yang kita inginkan dapat tersebar dan diterima oleh orang lain. Dalam kerja organisasi gerakan, kegiatan agitprop dapat dipahami sebagai :
Langkah gerakan untuk mendapatkan simpati, penerimaan ide, dan penyebaran keinginan, tuntutan yang dapat mempengaruhi massa untuk ikut dalam gerakan, organisasi atau melakukan perubahan.

Agitprop dapat dilakukan dengan cara lisan maupun tulisan dengan media apapun yang dapat menjangkau massa dengan seluas-luasnya. Metode lapangan dari Agitprop dapat di sesuaikan dengan situasi lingkungan, jenis audience, tempat secara geografis dan geopolitik, waktu, apa yang disebarkan ; ide, ajakan, tuntutan, kegiatan, disusikan dengan kondisi keamanan gerakan.

Hasil dari survey, dan pembacaan medan akan mempermudahkan kita dalam menyususn langkah-langkah agitasi dan propaganda yang akan dijalankan.
Tiga syarat penting yang harus dipenuhi sebelum melakukan Agitprop adalah :
  1. Watak dan Kredibilitas
  2. kemampuan untuk mengendalikan emosi para audience
  3. Fakta-fakta pendukung.


V.             BEBERAPA TEHNIK-TEHNIK AGITPROP
  1. Rasionalisasi, suatu proses penggunaan akal untuk memberikan suatu dasar pembenaran pada suatu persoalan dimana dasar atau alas an itu tidak merupakan suatu sebab langsung dari masalah.
  2. Sugesti, usaha membujuk atau mempengaruhi orang lain tanpa suatu dasar kepercayaan logis dengan menggunakan kemampuan verbal, kesan atau nada suara.
  3. Konformitas, Mekanisme mental untuk menyesuaikan diri dengan sesuatu yang diinginkan. Dalam Agitprop cara ini digunakan untuk lebih mudah masuk kedalam komunitas yang akan menjadi target propaganda. Perbedaanya dengan identifikasi adalah ; dalam konformitas, agitator berusaha memperlihatkan dirinya sebagai orang yang mampu berbuat dan bertindak sebagai bagian dari audiens. Sementara dalam Identifikasi, agitator hanya berusaha menyajikan beberapa hal yang menyangkut hubungan dengan audiens.
  4. Identifikasi, tehnik ini menggunakan kemampuan seorang agitator dalam menganalisa audiensnya untuk lebih mengenal audiensnya dan seluruh situasi, supaya dirinya bias mengidentifikasikan dirinya dengan audiens. Contoh : dalam usaha memenangkan pemilu, maka seorang pengkampanye akan dengan mudah mengidentifikasikan dirinya sebagai anak rakyat yang akan memperjuangkan keinginan rakyat dalam parlemen.
  5. Konpensasi, adalah tehnik Agitprop dengan tujuan akhir menunjukkan pengganti bagi sesuatu yang tidak bisa di terima dan tidak disukai atau keadaan yang tidak dapat dipertahankan lagi. Tehnis ini lebih mengutamakan usaha meyakinkan target bahwa mereka mampu melakukan perubahan untuk meemperbaiki keadaan itu.
  6. Replace, usaha Agitprop untuk menggantikan sesuatu secara sentiment emosional mengikat target, hal ini dapat dicontohkan dengan fenomena “pengkambinghitaman”. Tujuan utama dari tehnis Agitprop ini adalah menyingkirkan rintangan yang menghalangi pelaksanaan tujuan secara langsung atau tidak langsung.
  7. Proyeksi, tehnik ini berusaha untuk menggantikan subyek menjadi obyek. Watak seseorang dilontarkan bukan lagi sebagai wataknya tetapi sebagai watak orang lain. Agitprop ini sangat penuh dengan lontaran-lontaran tuduhan untuk mengalihkan perhatian maupun untuk melemparkan maslah pada orang lain. Pada dasarnya ini sama dengan pengantian namun lebih cenderung pada pendekripsi berlebihan.

Manusia terdiri dari pikiran dan roh, ia bertindak dan melakukan reaksi terhadap sesuatu dengan pemikiran dan sentiment perasaannya. Dalam pada itu hanya dua focus yang akan terjadi saat ia menerima sesuatu termasuk Agitprop yaitu ; secara nyata / kongkret dengan dasar rasionalitasnya -> berpikir atau idealis, dengan lingkupan emosionalnya -> sentiment.


PENUTUP

Dalam bagiannya seorang agitator, harus bisa masuk secara emosional dengan targetnya. Ia harus menjaga kestabilan perasaanya juga dalam saat yang bersamaan untuk bisa secara efektif mengontrol perasaan dari target.
           
Penggunaan gaya bahasa dan pilihan kata yang tepat baik dalam tulisan maupun lisan hanya dapat ditemukan dalam kemampuan yang sudah terlatih. Seorang agitator yang telah berpengalaman akan dengan mudah menentukan apa yang akan dilakukannya dan dipilihnya sebagai metode di lapangan. Selain itu, seorang propagandis akan lebih mudah menyusun karangan persuasive dan argumentatifnya jika dapat secara emosional dan rasional mengetahui targetnya. Jadi agitasi dan propaganda yang akan  dilakukan tidak dapat begitu saja disamakan atau diseragamkan. Semakin banyak bagian yang bisa dimasuki oleh seorang agitator semakin terujilah kemampuannya.

Harus dibedakan pula seorang agitator dengan provokator. Karena seorang agitator yang baik harus memiliki tiga syarat utamanya dalam melakukan agitasi dan propaganda terutama fakta dan logisnya agitasi yang dilancarkan. Dan tidak semua provokator itu jelek dan bermakna negative…………
Facebook Comments
0 Bloger Comments